INNER CHILD


INNER CHILD


Menurut Marissa pada channel Mindfullness, Inner child adalah reaksi kita terhadap orang lain berakar dari apa yang kita lihat, dengar, dan alami di waktu kecil. Reaksi ini muncul dari anak dalam diri kita atau inner child. 
Kita semua punya inner child yang bereaksi kuat terhadap sesuatu, tanpa sepenuhnya menyadari kenapa?

Inner child : Sisi kepribadian kita yang masih bereaksi dan terasa seperti anak kecil.

Trauma masa kecil seringkali mempengaruhi bagaimana cara kita melihat realita ketika dewasa, serta mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan diri sendiri dan orang lain dan bagaimana kita mengambil keputusan dalam hidup.

Menurut Analisa Widyaningrum, Inner child yaitu sisi kepribadian seseorang yang terbentuk dari masa kecil.
Menurut Dr John Bradshaw (Pakar Psikolog) anak usia 6-7 tahun sedang berkembang pesat gelombang otaknya untuk merespon segala sesuatu dengan cepat (mudah mengingat) dan akan menjadi long term memori, nah sehingga biasanya inner child yang muncul sekitar usia ini. Maka orangtua perlu berhati-hati dalam mengasuh anak, tidak boleh menggunakan kekerasan. 

Menurut Dr Aisah Dahlan, Inner child pengalaman yang ada sejak dalam rahim ibu sampai aqil baligh, atau juga sosok anak kecil yang melekat dalam diri orang dewasa.

Kenapa Inner child itu ada?

Karena Inner child terekam dalam memori dan ingatan kita, tidak akan pernah bisa melupakan namun kita bisa berdamai dengan cara menerima dan memaafkan orang di masa lalu, karena pada saat itu kita masih kecil, belum mengerti dan logikanya belum sampai.

Kapan Inner child, atau Trauma Masa Kecil Muncul?

Trauma masa kecil bisa muncul ketika melihat orangtua depresi, bertengkar hebat, atau perang dingin, berlaku keras dan kejam. Trauma masa kecil juga bisa muncul ketika seorang anak tidak mendapat perhatian, penghiburan, dan rasa cinta dari orangtua yang seharusnya menjadi ruang pertama ia merasa aman, akhirnya ketika dewasa ia sering merasa takut & khawatir, orangtua juga mungkin karena mengalami trauma dari orangtuanya karena tidak mengerti dan memahami bagaimana mengelola deritanya, sehingga secara tidak sadar menumpahkan pada anak-anaknya.

Lalu Bagaimana Solusinya?

Cobalah ajak berbicara sosok anak kecil yang ada dalam diri kita (Inner child), supaya kita bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang tenang jiwanya, katakan "Kita sudah dewasa, tidak usah takut, dan kita bisa mandiri"

namun untuk melakukan hal ini perlu dilakukan berulang, sambil membayangkan, dan mencoba mengingat kembali, dan menerima juga memaafkan orang-orang di masa lalu, mungkin ketika Anda melakukan hal ini, Anda akan menangis atau merasakan kembali sakit, namun herus di coba dan berusaha supaya kita bisa menjadi orangtua yang mengasuh anak, bukan anak kecil yang mengasuh anak, sehingga saling emosi dan melukai jiwanya, yuk putuskan mata rantai pola pengasuhan yang tidak baik kepada anak.

Menurut Bu Elly Risman, Anda bisa mencoba dengan tarik nafas dengan pola 3 3 3, tarik nafas dalam hitungan 3 detik, tahan 3 detik, lalu keluarkan 4 detik, dan terus berulang. dan memafkan orang-orang di masa lalu yang pernah melukai kita, ini penting untuk diri kita sendiri supaya kita bisa lebih tenang.

Setelah Mencoba Memperbaiki Inner Child, Bagaimana pola asuh seharusnya?

QS Al Imran : 159 "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya".

Jadi, Kita harus belajar lemah lembut, marah dengan lembut, dengan mengatakan "Nak, Ibu marah yah kalau kamu.... " atau bilang "Nak, Ibu gak suka yah kalau kamu...."

Kenapa Inner child itu penting untuk dipahami?

Supaya kita tidak menjadi orang yang rapuh dan sensitif, sehingga kita bisa mengelola diri kita dan belajar memahami diri sendiri, bahwa ternyata sikap tidak baik kita selama ini mungkin karena luka masa lalu, sehingga terkadang emosinya muncul berlebihan tanpa disadari.

Kalau dalam agama islam sebetulnya kita ada yang namanya Tazkiyatun Nafs, cara untuk kita membersihkan diri, dendam terhadap masa lalu akan melukai hati dan mengotori hati sehingga kita harus bisa memaafkan orang lain, bisa setelah sholat beristighfar sambil membayangkan kejadian orang yang menyakiti dan memaafkan atau bahkan mendoakan mereka, atau sebelum tidur sambil muhasabah diri juga, sehingga kita mencuci hati kita, ditambah dengan melakukan amal-amal kebaikan, seperti rajin sholat, membaca AlQuran, supaya hati kita tenang :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEST KERJA

PENGALAMAN HSG & BIAYANYA DI SAM MARIE JAKARTA

CERPEN [Takdir yang tak bisa Diubah]