[KISAH NYATA, Broken Home dan Ujian Berat Mengantarkan Kepada Jodoh yang Menyayangi Setulus Hati]
"Broken Home? gak masalah tuh,,,, Saya bisa jadi lebih baik!" begitu kata teteh M
Bismillah,
Halo halo hai shalihat… it’s been a long time gak nulis,
biasanya seminggu sekali lah yah, kemarin Alhamdulillah kita sudah melewati
bulan ramadhan yah, shaum, eeh ini blog nya ikut puasa nulis juga hehe.
Kali ini aku mau berbagi kisah nyata seorang wanita yang
strong banget, MasyaAllah Allah kasih ujian ke setiap hambanya berbeda-beda
sesuai kemampuan hambanya, Allah titipkan ujian ini ke teteh “M” karena emang
teteh mampu dan kuat, belum tentu ujian ini kalo menimpa aku bakal sekuat
teteh, denger kisah teteh aja aku ikut nyesek, berat rasanya apa yang teteh
jalani tapi teteh tangguh MasyaAllah, menginspirasi dan memotivasi banget untuk
gak boleh mengeluh, apalagi sama ujian yang gak seberapa ini dibanding yang
teteh jalani.
Sebelumnya makasih teh udah mau sharing kisah hidupnya.
Yuk simak temen-temen.
Saya anak ke 3 dari 3
bersaudara, anak perempuan satu-satunya. Saya hidup dari keluarga sederhana dan
mengalami broken home. Saya sudah tidak bersama ayah dari saya dalam kandungan,
saya diasuh dari lahir oleh nenek (ibunya mama). Segalanya diurus oleh nenek,
Ibu saya memang ada juga satu rumah, tapi kenapa saya diasuh nenek? Karena Ibu
saya sakit. Sakitnya Ibu sudah berpuluh-puluh tahun, beliau terkena guncangan
jiwa, diakibatkan divorced dengan pasangannya, sebelum dengan ayah saya, Ibu
pernah menikah lalu bercerai dan setelah itu sakit, ayah saya menikahi ibu saya
dengan sadar bahwa ibu saya ‘sakit’ tapi masih belum begitu parah. Jika dari
awal sudah sadar tapi kenapa ya akhirnya ayah saya meninggalkan ibu dengan
wanita lain, padahal ibu sedang mengandung, tapi ayah tetap saja pergi.
Semenjak Ayah pergi
kondisi Ibu semakin parah sakit dan semakin terguncang jiwanya, bahkan ibu
sering kabur. Hati saya pun terluka tahu kondisi Ibu seperti ini. Saat saya
sudah lahir kondisi Ibu semakin parah.
Saya tumbuh menjadi
pribadi yang pendiam, sewaktu TK saya sudah bisa merasakan bagaimana kerasnya
hidup, sedih tanpa ada sosok Ibu dan Ayah, hidup saya sangat tidak sempurna
dibandingkan dengan teman saya yang diantar orangtuanya dan bahagia tetapi saya
selalu sendiri. Saat pembagian raport bukan orangtua yang mengambilkan tapi
wanita tua renta yang menemani saya (nenek). Sedih rasanya, rasanya hidup ini
tidak adil. Kenapa harus saya? Terkadang saya iri pada kakak saya yang pernah
dapetin semua momen bersama orang tua, walaupun kita terlahir dari Rahim yang
sama tapi kasih saying yang didapat berbeda.
Cobaan belum berakhir,
Masa remaja saya dari
SMP hingga SMA dihantui trauma yang cukup berat, apalagi dalam masa-masa
mencari jati diri, saya tidak mendapatkan bimbingan langsung dari orangtua,
kebanyakan saya eksplorasi sendiri, bagaimana belajar menjalani hidup yang
sebenarnya. Namun di masa remaja ini, saya mendapat perlakuan tidak baik dari
laki-laki yang masih dikatakan saudara, cukup panjang kisahnya namun kejadian
tersebut membekas dalam ingatan dan membuat trauma bertahun-tahun. 2 tahun
terakhir di bangku SMA pulang pergi saya minta diantar nenek, karena sudah
depresi berat dan banyak ketakutan, kejadian tersebut saya pendam sendiri,
bingung mau cerita ke siapa. Dari dulu saya punya pemikiran ingin bunuh diri
aja, kabur, atau jadi anak jalanan, tanggung udah hancur hidup saya. Tapi Allah
selalu memberikan jalan terang, dan Allah yang membuat saya kuat, entah kenapa
setiap saya ingin melakukan hal buruk tersebut pasti batal, Allah urungkan niat
buruk saya, Alhamdulillah masih Allah jaga.
Saya juga trauma kalau
dekat dengan Ibu saya, karena dengan tidak sengaja beliau pernah mengamuk dan
jedugin saya ke tembok dan membuat tangan saya terluka oleh kuku jarinya ibu,
masa-masa berat terus berlanjut tak henti rasanya. Saya gak tahu hidup saya
kedepan akan seperti apa dan bagaimana, hingga akhirnya di kelas 3 SMA saya
mulai hijrah, mulai membiasakan diri mendekat ke Allah, walaupun pada saat itu
saya mempelajari ilmu agama pun ala kadarnya saja. Dimulai dari konsisten pakai
hijab, berteman dengan teman rohis di sekolah, sangat bersyukur sekali berada
dilingkungan yang bisa bombing saya untuk belajar agama, dan diakhir kelulusan
sahabat saya memberikan hadiah alquran sehingga memotivasi dan semakin
menguatkan diri saya.
Lalu ketika saya memasuki
bangku kuliah, saya bertemu teman yang ibunya sudah tidak ada sejak jaman dia
sekolah karena mengidap kanker. Disitu kami menjadi sahabat dekat karena merasa
punya latar belakang yang sama yaitu keluarga yang tidak sempurna, kurangnya
kasih saying dari Ibu. Walaupun sebetulnya Ibu saya masih ada kehadirannya tapi
kasih sayangnya sangatlah tidak saya rasakan.
Cobaan berat yang saya
alami ini, gak mungkin saya sekuat ini jika bukan karena Allah yang menguatkan.
Entah kenapa saya sangat merasa bersyukur karena Allah selalu menolong saya
hingga akhirnya saya menemukan pendamping hidup yaitu seorang laki-laki
sederhana yang menerima saya sebagai istri dan menjadi ibu untuk anak-anaknya
tanpa melihat latar belakang saya, kasih sayang Allah itu luar biasa, tanpa
disadari selama ini saya selalu dijaga Allah. Allah tidak akan memberikan
cobaan dluar kemampuan hambanya, memang benar, walau dulu dirasa sulit, bahkan
merasa tidak mungkin tapi ternyata bisa terlewati.
Nah, flashback lagi,
jadi sewaktu saya kuliah, Allah uji saya dengan sakit, ada penyumbatan pembukuh
darah di otak, saya sering keluar masuk rumah sakit dan ditemani oleh wanita
tua renta yaitu sang nenek. Saya pernah mengalami bedrest total 3 bulan, karena
stroke ringan, ingin rasanya mengakhiri hidup saja, tapi lagi lagi Allah yang
menguatkan saya, dan ternyata ujian tersebut terlewati begitu saja. Alhamdulillah.
Saya merasa menjadi
yatim piatu di bulan ramadhan tahun kemarin ketika Allah ambil ibu kedua saya
(nenek) 2 hari sebelum lebaran, rasanya sesak sekali, sekarang masih ada ibu
kandung saya yang harus saya jaga, saya sayang sama beliau apa adanya, dan saya
tidak malu.
Ohh iya, ramadhan
tahun lalu juga saya tiap hari pulang pergi dari ciwastra ke cimahi dengan
keadaan hamil 7 bulan, buat nengokin nenek saya, hingga akhirnya berakhir
dengan scenario Allah. Sebelum bertemu dengan cicitnya nenek sudah dipanggil
duluan oleh Allah. Rasanya ingin berteriak menangis histeris, pingsan tapi saya
tahan sekuat-kuatnya juga segala rasa yang menyesakkan ini. Belum lagi liat
kondisi Ibu yang entah sadar gak sadar beliau membuka tutup kain diwajah nenek
dan malah terus ngajakin ngobrol. Saya nahan dan berusaha menguatkan diri,
kuncinya ya sabar dan pasrah sama Allah, gak usah berontak dengan apa yang
Allah sudah kasih, jalani, syukuri, let it flow aja.
Lewat sharing ini saya
ingin berbagi bahwa menjadi broken home itu tidak selamanya buruk. Sebagai anak
broken home selalu punya potensi untuk jadi lebih baik. Allah itu maha baik,
tidak ada hal yang tidak mungkin dimata Allah, hidup mengajari kita banyak hal,
Allah memberikan ujian pasti ada maksudnya. Dari sharing ini juga saya ingin
mengingatkan untuk yang masih punya kedua orangtua utuh, tolong jaga mereka
dengan baik, sayangi mereka, temani mereka, terutama ibu, titip selalu doa
terbaik untuk mereka. Menjadi broken home itu memang bukan yang diinginkan tapi
Allah sudah menggariskan itu, tinggal ada dua pilihan mau berubah atau tetap
sama, dan saya memilih untuk berubah menjadi lebih baik lagi walaupun saya juga
gak tahu gimana datangnya kekuatan itu, yang jelas saya gak sadar bahwa selama
ini Allah yang selalu melindungi terus.
MasyaAllah, kuat sekali teteh jalani hidup yang begitu
berat, dan Alhamdulillah semua sudah terlewati atas kehendak Allah juga, semoga
teteh selalu dilindungi Allah, dan thankyou so much udah mau berbagi kisahnya the,
semoga makin bisa menyadarkan kita semua bahwa apa yang terjadi itu atas
kehendak Allah dan kita gak boleh berontak sama takdir gak boleh mengeluh,
karena sebetulnya semua masalah yang terjadi itu aka nada solusinya dan
sebetulnya kita berusaha sekuat tenaga ataupun memilih diam, masalah pun pasti
akan tetap berlalu bagaikan angin yang lewat, hanya masalah waktunya aja,
mungkin ketika kita berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan masalah bisa
jadi durasi masalahnya cepat selesai, wallohualam bishowab, yang pasti apapun
yang terjadi jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan selalu libatkan
Allah dalam setiap urusanmu yah.
Yang punya nice story, atau kisah hidup, boleh dong di share,
bisa di komen atau share ke email aku yah anistia.nurhakims@gmail.com .
thankyou,
Terima kasih kepada teteh M yang sudah mau berbagi kisahnya, moga menjadi motivasi untuk para pembaca.
Terima kasih kepada teteh M yang sudah mau berbagi kisahnya, moga menjadi motivasi untuk para pembaca.
Jadilah manusia bijak yang bisa mengambil hikmah dari setiap
kejadian hidup, hidup itu bukan untuk disesali tapi apapun yang terjadi jalani
dan ambilah pelajaran untuk bisa menjalani kehidupan selanjutnya. Semangaaaattt,
tebar nilai positif dan berikan manfaat untuk sekitar kita.
Komentar
Posting Komentar